Thursday, July 23, 2020

Birrul Walidain



                Jika kita bertanya dalam hati, siapakah orang yang paling peduli terhadap kita? Siapakah seseorang yang paling perhatian terhadap keberadaan kita? Siapakah yang paling berjasa akan tegaknya kaki ini, dan siapakah yang dengan rela mengorbankan semua yang dimilikinya demi kita, demi kebahagiaan kita semata tanpa memikirkan kondisi dirinya sendiri. Bahkan nyawanyapun
kalau memang diperlukan meraka tak ragu-ragu ataupun sungkan untuk menyerahkannya.
                Dialah kedua orang tua kita. Ayah dan ibu kita, Abah dan Ummi, Papa dan Mama, Daddy dan Mommy. Kedua nama itulah yang seharusnya kita ingat setiap saat. Disetiap denyut nadi kita ketika berdetak. Sebagai perbandingan betapa besarnya jasa dua profesi atau julukan untuk dua makhluk yang Allah kirimkan untuk merawat kita. Terutama dalam sujud shalat-shalat malam yang  kita laksanakan. Ketika kita bersimpuh dihadapan Tuhan dikeheningan malam yang sunyi. Ketika semua do’a yang dipanjatkan akan langsung tembus tanpa hijab ke langit ke tujuh. Ketika Tuhan menjadi saksi air mata yang menetes dari pelupuk mata karena rasa sesal mendalam atas semua kesalahan yang mengotori hati. Saat-saat itulah yang paling tepat dan istijaabah untuk mendoakan mereka berdua. Untuk kebaikan mereka berdua fid dunya wal akhiroh. Karena keberhasilan merekalah dalam mengesampingkan ego yang mereka miliki yang patut kita garis bawahi disini serta kita kagumi dalam memberikan kasih yang mereka curahkan untuk buah hatinya seperti kita ini. Sehingga kita dapat tumbuh dewasa secara normal dan sehat wal-afiat seperti yang kita nikmati tatkala pembaca membaca artikel ini.
 Memang, seharusnya seperti itulah kita sebagai hamba yang dhoif dan selalu berharap akan belas kasihnya pada tiap-tiap tarikan nafas dan tiap-tiap detak jantung yang bergerak. Senantiasa kita jangan terlepas darinya walaupun hanya sedetikpun, seperti eratnya kuku-kuku yang menancap dan melekat pada kulit tangan dan kaki. Sangatlah mudah baginya untuk mematikan kita meskipun hanya dalam satu kali kedipan mata saja. Seperti itulah usaha kita jikalau mengharapkan hidup yang khusnul khotimah.
                Berlaku baik terhadap kedua orang tua bagi seorang anak sangatlah sebuah kewajiban yang sangat sakral dan utama. Islam menyebutnya Birrul Walidain. Bahkan tak cukup hanya sebagai sebuah kewajiban, tapi lebih tepatnya sebagai tuntutan. Baik tuntutan ditinjau dari persepsi agama, adab sopan santun, secara sosial maupun dari hati ke hati. Tuntutan secara agama telah jelas termaktub dalam Al-Qur’an dalam Surah Al-Isra’ Ayat 23 yang berbunyi :
وَقَضَي رَبُّكَ أَلاَّتَعْبُدُواإِلاَّ إِيَاهُ وَبِالْوَالدَيْنِ إِحْسَانًا إمَّايَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الكِبَرَأَحَدُهُمَاأَوْكِلَاهُمَافَلَاتَقُلْ لَهُمَاأفّ وَلَاتَنْهَرْهُمَاوَقُلْ لَهُمَاقَوْلاًكَرِيْماً >الإسراء:23<
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
                Sedangkan tuntutan secara adab sopan santun lebih condong pada nilai-nilai budaya yang berlaku. Terutama budaya atau adat ketimuran yang menjunjung tinggi estetika keberakhlakan seseorang. Bagaimana ia bersikap dan merespon terhadap status sosial seseorang yang dihadapinya. Ketika ia mampu bersikap dengan standar perilaku yang dimiliki masyarakat setempat maka ia sudah bisa dianggap berhasil dalam mengaktualisasaikan bagaimana gambaran respon dirinya terhadap budaya yang berlaku. Dalam persepsi kita sebagai orang timur patuhnya seorang anak kepada kedua orang tuanyanya menjadi gambaran tersirat ia memiliki budi pekerti yang baik dan sebuah kecerdasan ataupun kelebihan dalam social relationship terutama dengan bapak dan ibunya. Hal itu juga menjadi contoh suksesnya seorang anak akan tuntutan sosial dalam bergaul atau bersosialisasi antara dirinya dengan dua orang yang berbeda tetapi memiliki tanggung jawab yang sama yaitu “orang tua”.
                Tuntutan dari hati ke hati lebih condong pada aspek perasaan, Timbul perasaan yang janggal atau mengganjal jika diri kita tak dapat membanggakan ataulah minimal membalas budi terhadap jasa-jasa kedua orang tua yang telah kita nikmati dan alami hingga sampai detik ini. Tiap individu mesti pernah terletup dalam fikirannya untuk memiliki hasrat menciptakan dan menerapkan hukum timbal balik ini. Yaitu, jika kita baik terhadap seseorang senantiasa kita juga menerima perlakuan baik dari orang tersebut. Sama juga dengan kedua orang tua kita dalm peran protagonisnya. Sementara kita berusaha balas budi pada keduanya. Biasanya hasrat tersebut muncul ketika hati nurani ada pada puncak pengendalian dalam diri kita, karena nuranilah alasan munculnya energy positif dalam diri kita.  
                Bersikap baik terhadap kedua orang tua bisa dikatakan ada unsur relatifitas di dalamnya, karena sebuah perbuatan atau ekspresi yang dirasakan oleh tiap-tiap individu sangatlah berbeda. Berbeda dari tolak ukur cara pandang “perbuatan baik” dari pribadi yang menilainya. Jikalau sudah menyangkut ranah pandangan personal atau pandangan subjektif maka di dalamnya mesti tercampul hal-hal yang bersifat relatifisme. Menjadi sebuah hal atau nilai yang tak tetap jika mengacu pada pandangan tiap-tiap individu.
                Maka dari itu kita harus cerdas dan jeli untuk memikat hati atau merebut simpati kedua orang tua kita, karena merekalah yang memiliki taraf penilaian tentang sikap atau perbuatan kita pada mereka. Yaitu sebagai usaha menjadi Birrul Walidain yang Kaaffah. Tentunya kesan terbaik menurut asumsi mereka, bukan sikap terbaik menurut cara pandang kita sendiri. Tak apa kita sementara menepikan ego yang kita miliki demi membahagiakan kedua orang tua kita sedari mereka masih ada di sisi kita sebelum ajal menjemput. Yang pada akhirnya kita akan jatuh pada buaian rasa sesal jika ajal keburu menjemput keduanya tanpa menghiaskan senyum kebanggaan di wajah keduanya.  


No comments:

Kode Referral Ajaib "mush855"

Seiring perkembangan teknologi memudahkan dalam mengakses macam-macam sarana investasi. Tinggal klik-instal kita sudah bisa berinvestasi sah...