Tuesday, May 8, 2012

Dahsyatnya Harta

                Harta, tak satupun manusia yang tak membutuhkan benda yang satu ini. Keberadaannya dalam hidup manusia menjadi suatu hal yang sangat vital. Di mana manusia hidup dia pasti membutuhkan benda yang satu ini. Tak dapat dipungkiri juga benda ini tak mengenal zaman (multi period). Inilah dahsyatnya peran pentingnya harta bagi kehidupan umat manusia yang senantiasa mengiringi dimanapun dan kapanpun manusia berada. Ajaibnya, benda ini tak pandang kasta, usia dan  gender juga meskipun keberadaannya menjadi boomerang bagi sebagian orang dalam hidupnya maupun ketenangan jiwanya. Telah banyak gambaran peristiwa seseorang yang tak berhasil dalam hidupnya karena terpedaya oleh harta. Tak mampu memgendalikan dirinya dalam bersikap dengannya.
                Dengan harta, kita dapat menciptakan sebuah istilah atau streotipe tentang kondisi yang menyangkut masalah keadaan tentang harta seseorang yaitu si kaya dan si miskin. Sebutan diatas lebih mengarah pada tingkat kemampuan hidup atau taraf hidup seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya jika di ukur dari segi materi atau dari segi finansialnya. Tak terelakkan dengan adanya perbedaan dalam kondisi finansial antara si kaya dan si miskin ini kemudian tercipta sekat-sekat dalam tatanan kehidupan manusia yang kemudian menciptakan sebuah sebutan yang biasa di sebut dengan kasta. Dengan adanya kasta ini tercipta pula perlakuan yang berbeda dari setiap penguasa atau otoritas yang ditinggikan dalam suatu kelompok dalam melayani dan berinteraksi anatara dua kelompok komunitas ini yaitu anatara si kaya dan si miskin. Perbedaan ini terkadang menimbulkan kesenjangan bahkan ketidak adilan perlakuan dalam berbagai momentum jika kita amati  secara kasat mata sehingga menimbulkan keprihatinan dan ketidakterimaan bagi oknum yang yang dirugikan, atau menimbulkan kedzaliman bagi penguasa yang tak paham bagaimana sebebarnya konsep serta peran  kaya dan miskin dalam tatanan hidup umat manusia yang serba sosialisatif yang dimana tiap orang tak mungkin satu diantara mereka tak membutuhkan bantuan  yang lainnya.
                Salah satu gambaran nyata tentang kesenjangan dalam fenomena ini,  yaitu bagaimana perbedaan sikap kita atau cara kita dalam menghadapi dan menghormati orang yang lebih terpandang dalam segi harta daripada kita. Kita cenderung lebih menghormati dan menghargai serta lebih segan ketika kita berhadapan dengan orang kaya dan di pandag berada. Kita cenderung taat , menganggukkan kepala,  patuh dan pro serta mereka lebih mempunyai nama  dalam benak kita terhadap orang kasta ningrat dari pada orang-orang  yang taraf ekonominya menengah kebawah. Ini sangat kontras dengan cerminan bagaimana sikap kita tatkala berhadapan dengan para pengemis dan orang yang kondisi ekonominya di bawah kita, cenderung acuh tak acuh dan kurang menghargai  serta kurang menganggap keberadaan mereka baik dalam kesetaraan dalam menerima hak maupun ketika mereka mengutarakan aspirasi  yang terdapat dalam benak mereka. Padahal antara si kaya dan si miskin itu sama saja di mata Allah, yang dinilai adalah tingkat ketakwaan seseorang bukan berapa banyak mobil dan rumah yang ia miliki. Inilah fakta yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita saat ini.
                Kita tak dapat menyalahkan pada si miskin kenapa dia harus hidup susah dan melarat sehingga mereka kurang mendapat simpati dari orang lain. Seharusnya kita harus memiliki kebijaksanaan dan kedewasaan serta penghargaan tentang peran kondisi sosial masyarakat yang diderita oleh seseorang dalam kehidupannya. Si miskin tak salah dengan kemiskinannya karena keberadaan merekah orang berharta dapat di sebut kaya dan karena merekalah pula para dermawan dapat menyalurkan zakat dan sedekah yang mereka wakafkan yang dalam agama kita pekerjaan tersebut merupakan perintah yang ditekankan bagi setiap muslim untuk mengerjakannya. Salah satu buktinya adalah firman Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah Ayat 4 yang berbunyi:  “Alladziina Yu’minuuna Bil Ghaybi Wayuqiimunas Shalaata Wamimmaa Razaqnaa Hum Yunfiquun”
الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون      
                Yang artinya : “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
                Yang salah adalah apabila ada orang kaya yang tak sadar akan kewajibannya sebagai seorang kaya dan menyombongkan diri dengan kekayaannya. Padahal hakikatnya hartanya tersebut bukan miliknya tetapi titpan Allah yang di amanatkan kepadanya yang di hari kemudian kelak  akad di hisab bagaimana dan untuk apa serta kemana saja harta itu dipergunakan. Sungguh jangan terlena dan bergembira wahai orang yang memiliki harta yang memimpah, meskipun kalian hidup di dunia bergelimang dengan kemewahan, kesenanagan dan kemudahan yang kalian raih selama ini. Kelak kalian akan diminta pertanggung jawaban tentang harta yang kalian dapatkan dan kalian pergunakan selama ini. Sungguh sangat sulit mencari orang yang tak hanya kaya secara materi tetapi juga orang kaya hati, merekalah orang yang selalu qona’ah dan meras cukup dengan apa yang telah dimilikinya salama ini. Yang tak pernah meresa iri dengan apa yang telah di dapatkan oleh orang yang lebih punya daripada dirinya. Kaya hati lebih kompleks dari sekedar kaya harta, karena orang yang kaya hati dia akan merasa cukup dan puas dengan segala seseuatu yang dia miliki dalam hidupnya. Dia tak akan menuruti apa kata hawa nafsunya karena dia sudah berkecukupan dan ridho atas segala sesuatu yang Allah takdirkan.
 Memang sulit untuk menemukan orang yang berjiwa qona’ah di zaman yang sudah amburadul seperti sekarang ini. Kebanyakan orang telah menuhankan materi dan uang ketimbang aspek keagamaan. Seakan akan harta  menjadi segala-galanya yang harus kita tunduk kepadanya  dan menjadi tujuan awal dalam hidup kita.  Inilah efek negetif harta jika kita terlalu memberikan perhatian dan kecintaan yang berlebihan terhadapnya. Akan menimbulkan sifat tamak dalam diri kita. Cinta harta dan takut mati. Sifat tamak ini juga terkadang membuat hati nurani manusia menjadi buta sehingga tingkah lakunya di ambang batas kewajaran jika kita nilai dengan kaca mata hati nurani kita.  
                Kecintaan seseorang terhadap harta dapat membuat orang tersebut menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta yang ia inginkan meskipun bukan dengan cara-cara yang bersih dan tidak di bolehkan oleh agama. Bahkan terkadang terdapat unsur kedzaliman yang merugikan orang lain di dalamnya.  Salah satu penyebab sifat ini adalah ketamakan yang ada dalam diri seseorang tersebut. Salah satu munculnya sifat tamak tadi ya karena orang tersebut tak menjaga kebersihan dan kesehatan hatinya. Jadi intinya berawal dari penyakit hati.
                Salah satu langkah antisipatif untuk menghindari watak yang tamak adalah dengan  berusaha menanamkan  sifat qona’ah dalam diri kita. Ada salah satu hadits nabi yang menyebutkan  “hendaknya kita melihat orang yang di atas(lebih baik) dari kita jika dalam hal akhlak tetapi jika dalam hal harta hendaknya melihat kepada yang di bawah kita(lebih rendah taraf ekonominya)
                Harta juga yang membuat perpecahan diantara umat manusia. Seseorang saling melengserkan dan  mengalahkan para rival-rivalnya dalam kompetisi meraup keuntungan dalam mendapatkan harta yang sebanyak-banyaknya. Tidak peduli meskipun memakai cara-cara yang amat kotor demi memenuhi ambisi yang ada di dalam dadanya. Seperti sistem ekonomi kapitalis yang berlaku di kebanyakan  negara-negara eropa serta di legalkan untuk di jalankan oleh otoritas perekonomian setempat. Pihak seperti merekalah merupakan salah satu gambaran manusia-manusia yang berwatak tamak dan mengutamakan hawa nafsunya serta haus akan kenikmatan bergelimangnya harta  yang telah biasa mereka rasakan. Dan hal itu menjadi adiktif dalam diri serta lama kelamaan menjadi kebiasaan yang harus di penuhi dan di turuti. Beginilah jikalau hawa nafsu selalu di manja, semakin lama menginginkan permintaan yang melebihi dari  permintaan yang sebelumnya.
                 

Friday, February 3, 2012

Orientasi Hidup


        
    Orientasi seseorang  dalam menyikapi berbagai peristiwa dalam hidupnya sangatlah beragam bergantung bagaimana cara dia menyikapi , menindaklanjuti  kemauan dia dalam meraih berbagai impian dalam perjalanan hidupnya. Impian merupakan keinginan yang mendalam di benak diri seseorang  yang tiap orang akan berusaha menggapainya selagi dia mempunyai semangat hidup. Berbeda dengan individu yang tak mempunyai  motivasi dan semangat hidup, ia akan hidup acuh tak acuh dan terkesan apatis terhadap peristiwa disekelilingnya. Tak perlu kita bersikap naif terhadap orang yang bersikap  seperti ini karena dia telah kehilangan niat dalam dirinya untuk menjadi manusia yang baik apalagi berkembang serta berguna bagi manusia di sekelilingnya. Yang ada dalam benak dirinya adalah bagaimana dia bersikap dan bertindak menurut kondisi moodnya, kasarnya seenak perutnya sendiri. Tentu kriteria orang seperti inilah yang tidak disenangi oleh kebanyakan masyarakat kita, dan tidak mudah untuk mendapatkan partner dalam menjalankan roda-roda kehidupan dirinya dikalangan masyrakat tempat dia tinggal.
            Orientasi tersebut adakalanya berasal atau terkristal dari watak dan mental yang terbangun dalam diri individu tersebut. Pada mulanya mental kita ini terbentuk dan terpengaruhi oleh alam bawah sadar dari setiap kita sendiri atau hal apa sejalah yang menjadi kebiasaan dalam hidup kita yang tanpa pemikiran terlebih dahulu atau secara reflek muncul dari dalam diri kita baik sikap, pandangan, dan kondisi hati sebagai timbal balik atau dampak dan tanggapan dari hal yang terjadi disekitar kita. Namun tak pelak watak ini jika sudah mendarah daging dalam diri seseorang tak mungkin bisa kita rubah bagaimanapun dan sekuat apapun kita berusaha merubahnya kecuali ada kemauan dan dukungan dari lingkungan dari oknum tersebut untuk perlahan-lahan merubah keadaan mentalnya.
            Orientasi seseorang dalam hidupnya sungguhah beragam, bergantung bagaimana dan dari cara pandang apa dia memandang hidupnya. Bagi orang yang taat beragama orientasi hidupnya lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat agamis, ketuhanan dan kepercayaan pada hari pembalasan di hari kemudian. Dilain sisi orang yang mengutamakan hal-hal yang bersifat materialis dalam pandangannya hanya berpatokan pada hal-ha yang menguntungkan dirinya dan mengutamakan sisi kenikmatan dalam berbagai aspek kehidupannya(hedonisme). Tak terlalu berminat pada hal yang berbau mistis, magis maupun bersifat gaib, lebih menitik beratkan pandangannya yang bersifat realistis atau logis. Jadi semua hal dalam hidupnya harus bisa dipandang menurut akal dan secara kasat mata saja sebagai patokan dalam menilai segala sesuatu. Begitu pula dalam segi keberagamaan, orang seperti ini biasanya tak kenal yang namanya tuhan dan agama atau biasa disebut dengan ateis.
            Fungsi orientasi ini sendiri sebagai cara untuk menilai tipikal seseorang dalam mewujudkan visinya, sehingga setiap orang dapat dilihat dari cara-caranya dalam menaklukkan berbagai rintangan dalam proses mewujudkan cita-citanya. Tak dapat kita pungkiri setiap individu memiliki cara tersendiri bagaimana dia harus bertindak dan bereaksi untuk menindaklanjuti keinginannya tersebut. Sekali lagi metodo mewujudkannya tersebut bergantung pada karakter orang tersebut. Pendek kata setiap karakter orang memiliki cara dan trikindividual  tersendiri, benar-benar sangat individual hal yang menyangkut orientasi hidup ini jika ditilik dari cara kerjanya pad setiap insan.
             Tentu gender juga turut andil mempengaruhi perbedaan yang  telah dijabarkan di atas. Karena, pria dan wanita memiliki kondisi mental dan  kejiwaan yang tak sama diantara keduanya. Wanita, yang cenderung feminin lebih suka pada kelembutan dan keindahan serta hal-hal yang menyangkut perasaan. Makanya wanita terkadang lebih besar empatinya daripada pria, lebih bisa merasakan dan menjiwai apa yang  terjadi di sekiling ataupun yang terjadi pada manusia lainnya. Sedangkan pria yang notabene maskulinistas mendominasi dalam dirinya lebih suka pada hal-hal yang berbau kekerasan, logika serta cenderung simpel dalam menghadapi sesuatu tak suka pada pemikiran-pemikiran yang panjang dan yang lebih menyangkut pada perasaan. Mereka cenderung kaku daripada wanita yang lebih menjiwai segala sesuatu yang dialami dalam hidupnya. Tak jarang wanita terkadang suit melupakan momentum-momentum yang menurut dirinya berkesan atau yang membuat dia trauma.
            Dari penjelasan singkat tentang kondisi kejiwaan pria dan wanita di atas kita dapat mereka-reka dan memetakan bagaimana sebenarnya cara kerja mental dalam memepengaruhi pandangan hidup manusia. Yang pada akhirnya nanti juga akan memepengaruhi cara pandang seseorang dalam menentukan orientasi hidupnya. Mental juga dibentuk atas hasil didikan atau kebiasaan lingkungan, dan keluarga yang hidup bersama tiap-tiap individu.
            Orientasi hidup juga mempengaruhi masa depan seseorang  di masa yang akan datang, profesi, minat  dan tipikal tiap-tiap individu. Well, begitulah orientasi hidup akan memawarni serba serbi kehidupan seseorang.

Kode Referral Ajaib "mush855"

Seiring perkembangan teknologi memudahkan dalam mengakses macam-macam sarana investasi. Tinggal klik-instal kita sudah bisa berinvestasi sah...