Menghafal AL-QUR’AN, nampaknya ketika mendengar kata ini akan terbersit dalam pikiran kita kata “wah”, timbul perasaan takjub dan teka-teki dalam diri, mungkin nggak ya ada yang bisa ngafalinnya? Kalau bisa , wah memang bukan orang sembarangan nih orang, masak sih dia bisa ngafalin tulisan sebanyak 204 halaman yang tiap halamannya terdiri dari 15 baris dan memakai bahasa Arab lagi, bayangin coba bukan bahasa ibu kita lho.
Pertanyaan di atas adalah gambaran pertanyaan yang mungkin pernah bergelayut dalam pikiran kita terutama orang yang belum pernah mendengar ingar bingar tentang para penghafal AL-QUR’AN, blue printnya tak pernah mengenal apalagi tahu dengan yang namanya menghafal AL-QUR’AN alias asing.
Sebenarnya menghafal AL-QUR’AN adalah sebuah pilihan diantara beberapa pilihan yang ditawarkan oleh Allah bagaimana kita bergaul dan memperlakukan ALQUR’AN sebagai representasi rasa hormat kita terhadap kalam Tuhan yang teramat mulia. Opsi lainnya adalah membacanya, mentadabburi kandungan ayatnya, mengkajinya, baik mengkaji struktur letak ayat dan surah-surahnya(Internal) maupun berusaha mengkorelasikan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar kita(Eksternal). Tak diragukan lagi AL-QUR’AN adalah sumber ilmu pengetahuan penuh misteri yang tak pernah kering untuk digali , dieksploitasi dan dibongkar untuk diungkap mutiara-mutiara berharga yang tertimbun di dalamnya.
Menghafal AL-QUR’AN adalah sebuah pilihan berani tanpa mengesampingkan aspek kemuliaan jika meniti jalan di dalamnya. Keberaniaan itu timbul karena betapa besarnya efek dan kebutuhan energi serta daya yang terserap dalam perjuangan maupun pasca menghafalkan AL-QUR’AN. Daya tersebut bisa berupa pikiran(IQ), kesabaran(EQ) dan ketelatenan atau ketekunan(SQ).
Maka benarlah perkataan orang bijak, “Seberapa besar perhatian dan usaha kita terhadap sesuatu, sebesar itu pulalah kita akan memperoleh buah manis dari usaha kita”.(Biqodri Ma Ta’taniy Tanaalu Ma Tatamannaa). Barang siapa yang menanam pasti akan menuai yang ia tanam, berbeda antara orang yang menanam bibit kualitas super dengan yang non-unggul.Karena sesuatu yang besar dan istemewa tak dapat kita raih dengan usaha yang biasa-biasa saja. Butuh pengorbanan yang sangat besar.
Sedangkan kemuliaan itu sendiri timbul dari efek positif yang dirasakan pasca menghafal AL-QUR’AN tanpa menafikan ekses atau efek negatif apabila terjadi berbagai kesalahan atau keteledoran dalam mempertahankan hafalan tersebut. Terkadang efek positif tersebut di luar jangkauan akal logika manusia. Wajar saja, jika segelintir orang menyebutkan bahwa menghafal AL-QUR’AN adalah suatu hal yang istemewa dan tak bisa di akal-akalkan. Tak dapat dipungkiri efek positif itu juga timbul karena AL-QUR’AN merupakan mukjizat dan kalam Ilahi yang mengindikasikan tingkat keagungan, kesucian dan kemuliaan kitabullah itu sendiri dibandingkan dengan kitab agama samawi lain nya seperti Taurat, Zabur dan Injil.
Jika ditinjau dari segi historis, menghafal AL-QUR’AN merupakan aktifitas atau tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh beberapa kalangan orang Asia Tengah terutama bangsa Arab. Dari masa Rasulullah sampai saat ini menghafal AL-QUR’AN tetap lestari dan terjaga seakan tak lekang oleh perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat Islam. Mulai dari Rasulullah SAW, Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Mas’ud, Muadz ibn Jabal , Husein Thabataba’ie sang pemuda ajaib dari Iran, Mbah Munawwir dari jogjakarta serta Mbah Arwani dari Kudus mereka semua adalah para legendaries dalam bidang menghafal AL-QUR’AN.
Bangsa Arab sangat menghargai para penghafal AL-QUR’AN , mereka berlomba-lomba menjadikan anak mereka menjadi seorang penghafal AL-QUR’AN(Huffadh), karena mereka mengetahui keutamaan akan menghafal kitab AL-QUR’AN . Negara kita juga tak mau kalah dalam menghargai dan mencetak generasi Qur’ani (Penghafal Al-Qur’an). Setiap tahun secara bergiliran di kota-kota se-Indonesia dilaksanakan MTQ(Musabaqah Tilawatil Qur’an) baik tingkat lokal, regional maupun nasional. Event ini tak lain sebagai salah satu wujud usaha para Ulama dan Pamerintah kita untuk membumikan AL-QUR’AN , menghidupkan nafas-nafas Qur’ani ditengah gersangnya pengetahuan keagamaan. Sangat naïf memang jikalau seorang pemeluk agama kurang menguasai ajaran agamanya, tapi itulah borok muslim Indonesia yang tak patut diumbar dan dipresentasikan di hadapan khalayak pemeluk agama non-Islam.
1 comment:
menghafal gampang , menjaganya susah, mengamalkannya lebih susah lagi........http://beritabangkalan.wordpess.com
Post a Comment