Orientasi seseorang dalam menyikapi berbagai peristiwa dalam hidupnya sangatlah beragam bergantung bagaimana cara dia menyikapi , menindaklanjuti kemauan dia dalam meraih berbagai impian dalam perjalanan hidupnya. Impian merupakan keinginan yang mendalam di benak diri seseorang yang tiap orang akan berusaha menggapainya selagi dia mempunyai semangat hidup. Berbeda dengan individu yang tak mempunyai motivasi dan semangat hidup, ia akan hidup acuh tak acuh dan terkesan apatis terhadap peristiwa disekelilingnya. Tak perlu kita bersikap naif terhadap orang yang bersikap seperti ini karena dia telah kehilangan niat dalam dirinya untuk menjadi manusia yang baik apalagi berkembang serta berguna bagi manusia di sekelilingnya. Yang ada dalam benak dirinya adalah bagaimana dia bersikap dan bertindak menurut kondisi moodnya, kasarnya seenak perutnya sendiri. Tentu kriteria orang seperti inilah yang tidak disenangi oleh kebanyakan masyarakat kita, dan tidak mudah untuk mendapatkan partner dalam menjalankan roda-roda kehidupan dirinya dikalangan masyrakat tempat dia tinggal.
Orientasi tersebut adakalanya
berasal atau terkristal dari watak dan mental yang terbangun dalam diri individu
tersebut. Pada mulanya mental kita ini terbentuk dan terpengaruhi oleh alam
bawah sadar dari setiap kita sendiri atau hal apa sejalah yang menjadi
kebiasaan dalam hidup kita yang tanpa pemikiran terlebih dahulu atau secara
reflek muncul dari dalam diri kita baik sikap, pandangan, dan kondisi hati
sebagai timbal balik atau dampak dan tanggapan dari hal yang terjadi disekitar
kita. Namun tak pelak watak ini jika sudah mendarah daging dalam diri seseorang
tak mungkin bisa kita rubah bagaimanapun dan sekuat apapun kita berusaha
merubahnya kecuali ada kemauan dan dukungan dari lingkungan dari oknum tersebut
untuk perlahan-lahan merubah keadaan mentalnya.
Orientasi seseorang dalam hidupnya
sungguhah beragam, bergantung bagaimana dan dari cara pandang apa dia memandang
hidupnya. Bagi orang yang taat beragama orientasi hidupnya lebih cenderung pada
hal-hal yang bersifat agamis, ketuhanan dan kepercayaan pada hari pembalasan di
hari kemudian. Dilain sisi orang yang mengutamakan hal-hal yang bersifat
materialis dalam pandangannya hanya berpatokan pada hal-ha yang menguntungkan
dirinya dan mengutamakan sisi kenikmatan dalam berbagai aspek
kehidupannya(hedonisme). Tak terlalu berminat pada hal yang berbau mistis,
magis maupun bersifat gaib, lebih menitik beratkan pandangannya yang bersifat
realistis atau logis. Jadi semua hal dalam hidupnya harus bisa dipandang
menurut akal dan secara kasat mata saja sebagai patokan dalam menilai segala
sesuatu. Begitu pula dalam segi keberagamaan, orang seperti ini biasanya tak kenal
yang namanya tuhan dan agama atau biasa disebut dengan ateis.
Fungsi orientasi ini sendiri sebagai
cara untuk menilai tipikal seseorang dalam mewujudkan visinya, sehingga setiap
orang dapat dilihat dari cara-caranya dalam menaklukkan berbagai rintangan
dalam proses mewujudkan cita-citanya. Tak dapat kita pungkiri setiap individu
memiliki cara tersendiri bagaimana dia harus bertindak dan bereaksi untuk
menindaklanjuti keinginannya tersebut. Sekali lagi metodo mewujudkannya
tersebut bergantung pada karakter orang tersebut. Pendek kata setiap karakter
orang memiliki cara dan trikindividual
tersendiri, benar-benar sangat individual hal yang menyangkut orientasi
hidup ini jika ditilik dari cara kerjanya pad setiap insan.
Tentu gender juga turut andil mempengaruhi
perbedaan yang telah dijabarkan di atas.
Karena, pria dan wanita memiliki kondisi mental dan kejiwaan yang tak sama diantara keduanya.
Wanita, yang cenderung feminin lebih suka pada kelembutan dan keindahan serta
hal-hal yang menyangkut perasaan. Makanya wanita terkadang lebih besar
empatinya daripada pria, lebih bisa merasakan dan menjiwai apa yang terjadi di sekiling ataupun yang terjadi pada
manusia lainnya. Sedangkan pria yang notabene maskulinistas mendominasi dalam
dirinya lebih suka pada hal-hal yang berbau kekerasan, logika serta cenderung
simpel dalam menghadapi sesuatu tak suka pada pemikiran-pemikiran yang panjang
dan yang lebih menyangkut pada perasaan. Mereka cenderung kaku daripada wanita
yang lebih menjiwai segala sesuatu yang dialami dalam hidupnya. Tak jarang
wanita terkadang suit melupakan momentum-momentum yang menurut dirinya berkesan
atau yang membuat dia trauma.
Dari penjelasan singkat tentang
kondisi kejiwaan pria dan wanita di atas kita dapat mereka-reka dan memetakan
bagaimana sebenarnya cara kerja mental dalam memepengaruhi pandangan hidup
manusia. Yang pada akhirnya nanti juga akan memepengaruhi cara pandang
seseorang dalam menentukan orientasi hidupnya. Mental juga dibentuk atas hasil
didikan atau kebiasaan lingkungan, dan keluarga yang hidup bersama tiap-tiap
individu.
Orientasi hidup juga mempengaruhi
masa depan seseorang di masa yang akan
datang, profesi, minat dan tipikal tiap-tiap individu. Well, begitulah orientasi hidup akan memawarni serba serbi kehidupan seseorang.